Monday, June 16, 2014

Fenomena Ngabuburit Sudah Menjadi Tradisi di Bulan Ramadhan


Ngabuburit berasal dari bahasa Sunda dengan akar kata burit, yakni sebuah representasi waktu yang menunjukkan mulainya malam hari. Ngabuburit artinya mengisi waktu hingga burit tiba. Istilah ini sering digunakan pada bulan puasa sebagai tren dalam menanti waktu berbuka. Dalam masyarakat Sunda hal ini sudah membudaya dan menjadi istilah baku dalam kamus. Sekarang, istilah ngabuburit sudah dipakai oleh semua orang yang mengartikannya sebagai kegiatan mengisi waktu sampai tiba saatnya berbuka puasa. Bahkan tren ini menjadi sebuah tradisi yang tak bisa dilepaskan dari bulan Ramadhan.

Bicara tentang bulan Ramadhan alias bulan Puasa di Indonesia, Ngabuburit menjadi salah satu topik bahasan yang gak akan ada abisnya. Entah berawal darimana dan dinamai oleh siapa Ngabuburit menjadi istilah untuk sejumlah aktivitas yang dilakukan orang-orang di Indonesia untuk mengisi waktu menjelang waktu berbuka puasa.

Sebetulnya memang tidak ada aturan yang mengatur kegiatan apa saja yang boleh dilakukan pada saat ngabuburit. Hanya saja, jangan sampai kegiatan ngabuburit ini mengurangi nilai ibadah puasa kita. Ngabuburit hanyalah aktivitas tambahan pada saat menjalankan ibadah puasa.Tujuannya agar kita tidak bosen menunggu saat buka puasa. Yang namanya aktivitas tambahan tentu tidak boleh mengalahkan aktivitas utama.

Selain itu, seiring perkembangan zaman yang sedemikian maju. Istilah Ngabuburit dikenal sebagian besar orang melalui penggunaan istilah yang sangat intensitas di media televisi. Dimana setiap bulan Ramadhan, semua channel televisi akan menayangkan acara-acara dengan menggunakan topik dari istilah Ngabuburit. Sehingga istilah Ngabuburit itu sendiri menjadi kata yang baku dan sudah tidak asing bagi masyarakat muslim di Indonesia.

Ngabuburit sendiri dapat dikatakan sudah menjadi tren atau sebuah tradisi yang tak bisa dilepaskan begitu saja dari bulan puasa Ramadhan. Karena fenomena Ngabuburit saat bulan puasa Ramadhan sudah begitu memasyarakat.

Di setiap daerah, pelaksanaan budaya ngabuburit beda cara. Begitupun dengan orang yang tinggal di perkampungan dengan di perkotaan.

Kebanyakan orang yang tinggal di kota, biasanya menunggu waktu berbuka puasa dengan melakukan banyak kegiatan positif. Ngabuburit biasanya diiisi dengan jalan-jalan sore, nongkrong di pusat perbelanjaan, atau keliling kota dengan kendaraan. Untuk sekedar menghabiskan waktu sambil menunggu Adzan Maghrib tiba. Lalu juga ada yang menghabiskan waktu dengan beritikaf di masjid. Kemudian juga ada yang berbelanja kebutuhan lebaran.

Di perkampungan, budaya ngabuburit dulu diisi dengan beragam permainan rakyat, misalnya petak umpet, gatrik, bentengan, meriam-meriaman yang terbuat dari bambu dan diisi dengan karbit lalu disulut api sehingga menghasilkan suara dentuman yang cukup keras, dan juga melakukan permainan singkongan yang hampir mirip dengan permainan tak kadal lubang.

Namun di sisi lain, ada juga sebagian orang yang melakukan kegiatan Ngabuburit bernuansa negatif sambil menunggu waktu berbuka puasa. Negatif dalam artian yang menyalahi aturan tertentu sehingga dapat merugikan orang lain, seperti ajang balapan (trek-trekan) liar dan sebagainya. Dan hal-hal lainnya yang bersifat hura-hura sehingga dapat membatalkan puasa yang sedang dijalaninya.

Maka dari itu, Ngabuburit sangat penting. Bukan hanya menghabiskan waktu untuk menunggu waktu berbuka tapi juga melestarikan tradisi masyarakat muslim Indonesia memaknai bulan puasa.

Sumber: